Alkisah, datanglah seorang calon santri
kepada kyai dengan tujuan ingin belajar ngaji (agama). Namun belum sempat menyampaikan keinginannya, calon santri ini tadi disuruh pulang lagi. Selang beberapa waktu calon santri ini datang lagi kepada kyai tadi. Baru kemudian calon santri ini diterima menjadi muridnya.
Namun keanehan lainnya terjadi. Selama berbulan-bulan santri ini tidak pernah diajar ngaji. Dia hanya ditugaskan menjadi tukang bersih-bersih pondok, menggarap sawah dan hewan peliharaan kyainya. Kejadian ini berlangsung bertahun-tahun dan dijalani dengan penuh keikhlasan dan rasa ta’dzim yang tinggi kepada kyainya. Hingga tiba pada suatu ketika santri itu dipanggil oleh sang kyai dan disuruh pulang untuk kembali ke masyarakat. Dengan perasaan bingung, santri ini melaksanakan perintah kyainya. Namun belakangan, santri ini kemudian menjadi kyai besar dan memimpin pesantren ternama.
Memang ketika cerita ini dikisahkan oleh guru, belum dijelaskan secara pasti siapa santri dan kyai yang dimaksud. Namun belakangan saya menemukan cerita serupa tak hanya sekali. Di antaranya dalam buku Dari Bilik Pesantren karya Ahmad Khadafi yang bercerita kisah Kyai Abdul Mannan salah satu pendiri pesantren Al-Muayyad Surakarta. Selain itu, banyak juga cerita-cerita lisan tentang kisah serupa dari beberapa sesepuh.
Kisah tersebut sebenarnya ingin memberikan gambaran bahwa dalam belajar, hal pertama yang harus ditanamkan dalam diri seorang murid adalah keikhlasan dan rasa patuh serta hormat dengan gurunya. Dengan begitu, maka ilmu yang didapat akan menjadi berkah, sebab dilandasi dengan adab, keikhlasan dan rasa hormat.
Belakangan setelah saya membaca literatur tentang pesantren, saya menyadari bahwa pesantren lahir dari nilai bukan wujud material bangunan. Nilai-nilai keikhlasan dan ketulusan antara guru dan murid inilah yang terus menguatkan.
Konon pesantren lahir karena para santri yang datang untuk ngaji dan belajar ilmu-ilmu agama. Karena tempat kyai yang terbatas dan jumlah santri yang datang terus bertambah, maka kemudian para santri berinisiatif untuk membangun atau mencari tempat menginapnya sendiri. Oleh sebab itu, tak heran jika pesantren hingga kini tetap menjadi pusat pendidikan yang mengajarkan pendidikan karakter terbaik di Negeri ini.
_______________________________
Komentar
Posting Komentar